Semangat kaum perempuan di Desa Karangtalun memang selalu mampu menjadi tumpuan dan inspirasi dalam berbagai hal yang kerap tidak dimiliki kaum pria. Contoh faktual itu ditunjukkan Kelompok Perempuan Wirausaha dibawah naungan Ketua TP PKK Desa Karangtalun Ibu Khoirun Nafiah. Kelompok Perempuan Wirausaha (KPW) tersebut terdiri dari kaum perempuan ibu-ibu rumah tangga yang sebagian besar anggota PKK Desa Karangtalun. Saat muncul inspirasi membuka usaha skala rumah tangga. Produk yang dihasilkan kelompok usaha kaum ibu-ibu rumah tangga yang produktif tersebut berupa makanan, minuman serta kerajinan yang mengangkat potensi lokal. Adapaun bahan bakunya terdiri dari sumberdaya lokal. Kreativitas kaum perempuan di Desa Karangtalun tersebut benar-benar teruji, karena mampu menghasilkan berbagai komoditas yang banyak disukai pasar. Secara tertib kaum ibu-ibu itu juga mempunyai koridor sendiri terhadap komoditas yang diolah dan diproduksi. Rekan-rekannya secara spesifik ada yang memproduksi thiwul instan, jenang dodol, jamu dll. Begitulah siklus bisnis dan produksi masing-masing dari kelompok tersebut sehingga bisa beranjak menjadi kelompok usaha mapan. Karena tidak memiliki divisi pemasaran, kelompok itu kerap dibantu oleh tenaga sukarelawan dari instansi pemerintah. Mereka menerima pelatihan secara cuma-Cuma untuk mendapat ilmu tambahan mengolah industri makanan.Kelompok ini bahkan mendapat fasilitas secara Cuma-Cuma berupa mesin penggiling pembuat dodol dari pembina tersebut. KPW juga merasa terbantu ketika pemerintah Desa Karangtalun memberikan bantuan dana.Kaum ibu tersebut tidak lantas terlena dengan suntikan dana hibah dari pemerintah tersebut. Mereka lalu membentuk dua divisi usaha untuk mendukung operasional kelompok usaha yang mengutamakan kreativitas.Salah satu direalisasi dalam bentuk koperasi keuangan atau simpan pinjam dan koperasi penyuplai bahan produksi. Kedua koperasi sudah mampu menghasilkan margin, akan tetapi dengan mengedepankan kebersamaan, modal pada kedua divisi itu tetap terjaga.”Kami tidak menutupi kale ada anggota yang sungkan mengembalikan modal kerjanya dari dana Bansos, namun tidak mengurangi kebersamaan kami untuk terus berbisnis melalui industri skala rumah tangga,” tutur Bu Nafik. KPW, bertumpu pada kemasan atau packaging setiap komoditas.Kemasan yang dipergunakan tidak kalah demean minimarket modern. Pemanfaatan kemasan untuk label dan botol juice siap minum maupun juice yang harus ditambah dengan air, sama menariknya dengan kemasan yang dipergunakan untuk komoditas yang ada. Di samping mengandalkan pameran sebagai sarana utama pemasaran, secara indvidu seluruh anggota KPW juga berinisiatif memasarkan dengan sistem titip ke toko oleh-oleh. Untuk menjamin cita rasa, setiap produk dilengkapi demean masa kadaluarsa atau expired.Namun ada sesuatu yang membanggakan dari kinerja kelompok ini. Untuk dodol misalnya, sama sekali menghindari penggunaan bahan pengawet. Oleh karena itu masa pemasarannya maksimal hanya 30 hari.”Itu sebabnya anggota kami kerap menunggu order baru melakukan produksi. Jika tidak, kami bisa mengalami kerugian. Seperti umumnya pengusaha, kami juga masih berharap ada bantuan pemerintah untuk mengembangkan bisnis kelompok ini.”Bantuan tersebut bisa berupa fasilitasi permodalan ke sumber pembiayaan maupun berupa fasilitas sarana bagi peningkatan produksi. Secara khusus untuk meningkatkan pemasaran. Sebab, sistem yang menjadi andalan saat ini, menitipkan penjualan kepada mitra. (editor: mas_AW)

Bagaimana reaksi anda mengenai artikel ini ?